Rabu, 30 Mei 2012

MANAJEMEN RISIKO PROYEK KONSTRUKSI

Konstruksi merupakan salah satu jenis pekerjaan yang memiliki potensi risiko relatif tinggi dibandingkan pekerjaan non-konstruksi. Kompleksitas proyek cenderung menambah tingkat risiko tersebut, dilihat dari jumlah stakeholder yang terlibat, termasuk penggunaan metoda dan teknologi baru. Perkembangan ini khususnya terlihat pada proyek skala besar di Indonesia, seperti bangunan tinggi, jembatan, telekomunikasi, pembangkit tenaga listrik, pertambangan, pengolahan mineral, petrokimia.

Indonesia banyak menganut bentuk tailor made contract maupun standar seperti AV 41, yang lebih menekankan kepentingan atau perlindungan terhadap pihak owner atas risiko-risiko proyek. Sebaliknya, tanggung jawab (risiko) lebih banyak dialihkan ke pihak kontraktor. Kondisi seperti ini menempatkan kontraktor sebagai pihak yang berisiko tinggi. Untuk itu kontraktor dituntut harus menyadari dan memperhatikan potensi risiko atas proyek yang ditanganinya. Kesalahan dalam memperkirakan dan menangani risiko, akan berdampak negatif pada proyeknya.


Dalam menangani risiko, dapat dilakukan lewat penghindaran risiko (risk avoidance), pengurangan risiko (risk reduction/mitigation), penahanan risiko (risk retention), dan pengalihan risiko (risk transfer). Keempat metoda tersebut dapat dikombinasikan, tergantung pada strategi yang diterapkan pada proyek konstruksi bersangkutan.

Kecuali penghindaran risiko, penanganan risiko dapat dilakukan melalui mekanisme pembiayaan risiko. Wujud pengurangan risiko dapat berupa pelatihan dan penyediaan peralatan keselamatan kerja, guna mereduksi dampak risiko kecelakaan kerja. Penahanan risiko merupakan bentuk yang umum dilakukan kontraktor dalam mengatasi risiko melalui alokasi dana di dalam contingency cost dari rencana anggaran biaya yang diajukan saat tender. Sedang metode peralihan risiko dimaksudkan untuk memberikan kompensasi secara finansial kepada pihak penjamin yang bersedia menanggung suatu risiko. Metode pengalihan risiko ini memungkinkan pemilik dan kontraktor untuk mengalihkan risiko-risiko yang tidak dapat diatasi atau dikontrol sendiri kepada pihak lain, dalam bentuk asuransi dan atau jaminan.

Minggu, 13 Mei 2012

HOTEL T30 CHINA, DIBANGUN DALAM 15 HARI



Di bidang teknologi konstruksi, China terus mengukir prestasi yang mencengangkan dunia. Broad Sustainable Building anak perusahaan dari Broad Group, kembali menghebohkan dunia konstruksi dengan memecahkan rekor pembangunan gedung pencakar langit (highrise building) tercepat. Kali ini perusahaan tersebut berhasil membangun gedung 'T30 Hotel' yang berlantai 30 dalam waktu 360 jam atau 15 hari saja. Sebelumnya, perusahaan konstruksi tersebut, juga berhasil membangun gedung 15 lantai dalam waktu 6 hari pada tahun 2010 lalu.

'T30 Hotel' dibangun di atas lahan seluas 55.778 meter persegi, di Zona Industri Lin Gang, Xiangyin, Hunan, dekat ibukota Propinsi Changsha. Pelaksanaan konstruksi gedung ini dimulai pada 2 Desember 2011 dan selesai dibangun serta diresmikan pada 18 Januari 2012. Bangunan seluas 17.000 meter persegi ini, memiliki 316 kamar standar, 32 kamar suite, 8 kamar amabassador suite, serta 2 kamar presidential suite. Fasilitas lain yang terdapat pada bangunan ini, antara lain : restoran, bar, gymnasium dan kolam renang di lantai teratas. Terdapat tempat parkir bawah tanah yang mampu menampung sekitar 73 mobil. Pada atap bangunan, juga terdapat sebuah landasan helikopter (helipad).

Selain memiliki berbagai fasilitas yang memanjakan penghuninya, gedung 'T30 Hotel' ini juga memiliki berbagai kelebihan lainnya. Mulai aplikasi konservasi energi hingga penyaringan udara. Udara yang masuk akan disaring dalam 3 tahap, sehingga dijamin udara dalam gedung ini lebih segar dan 20 kali lebih bersih dari udara luar yang sarat polusi. Selain itu, seluruh ruangan juga dilengkapi jendela dengan kaca lipat empat, penghalang sinar matahari eksternal, penerangan lampu LED dan toilet yang hemat air. Untuk membangun gedung pencakar langit ini, dibutuhkan biaya yang cukup efisien, sekitar Rp 155,9 miliar.

Sabtu, 12 Mei 2012

EVALUASI TENDER PROYEK

Setiap konsultan Quantity Surveyor (QS) mempunyai cara sendiri-sendiri dalam melakukan evaluasi tender proyek. Umumnya, evaluasi dilakukan dengan membandingkan harga satuan yang diajukan oleh peserta tender. Tender untuk proyek yang relatif besar, biasanya cukup banyak item pekerjaannya. Sebagian orang menganggap bahwa dalam melakukan evaluasi, seluruh item dalam Bill of Quantities (BQ) harus dibuat perbandingannya. Hal ini tentu saja tidak efisien dan membuat proses evaluasi menjadi rumit, sedangkan hasilnya belum tentu baik, karena makin banyak angka yang dilihat kecenderungan untuk membuat penilaian yang salah makin besar. 

Perbandingan harga satuan, sebaiknya dilakukan untuk item-item tertentu saja yang cukup mewakili seluruh penawaran. Teknik pemilihan item-item tersebut memang memerlukan pengetahuan yang cukup mengenai proyek tersebut, terutama mengenai BQ-nya. Tentu saja pengalaman juga sangat menentukan dalam pemilihan tersebut.

Di samping perbandingan harga satuan, dibuat juga perbandingan rekapitulasi dan perbandingan sub bagiannya. Dari perbandingan-perbandingan tersebut, banyak hal yang dapat disimpulkan. Pada dasarnya laporan evaluasi tender harus dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai penawaran masing-masing peserta. Apakah harga-harga satuannya cukup wajar, apakah ada item-item yang tidak diberi harga, apakah ada tambahan terhadap BQ (yang biasanya dibuat pada lembaran terpisah), apakah ada kesalahan arithmatika yang serius, dan lain-lain. 

Pemilik proyek biasanya tergoda untuk memilih penawaran yang terendah. Padahal itu tidak selalu benar. Kadang-kadang penawaran terendah tidak benar, misalnya ada kesalahan dalam harga, peserta tender kurang mengerti mengenai syarat-syarat teknis (RKS), dan lain-lain. Penawaran yang kurang wajar, seharusnya tercermin dalam laporan evaluasi tender. Untuk itulah diperlukan laporan yang memberikan gambaran yang jelas dan terperinci mengenai penawaran dari masing-masing peserta tender, agar dalam memutuskan pemenang tender dapat dilakukan dengan tepat.

Selasa, 08 Mei 2012

ESKALASI UNTUK PENYESUAIAN NILAI KONTRAK

Setiap kali pemerintah menaikkan harga BBM, maka dapat dipastikan, hampir seluruh kegiatan bisnis berusaha ikut menyesuaikan diri. Penyesuaian ini akan berdampak pada bisnis ikutan di belakangnya. 

Ambil contoh, bisnis jasa konstruksi. Bisnis Jasa konstruksi tergolong bisnis yang beresiko tinggi terhadap fluktuasi harga. Bisnis jasa konstruksi selalu mengalami gejolak tidak menguntungkan bila dihadapkan pada problem kenaikan harga BBM. Pasalnya, kontraktor harus menyelesaikan pekerjaan sesuai spesifikasi dan harga pada kontrak. Yang dalam perjalanannya, kerap kali terjadi perubahan harga di atas harga yang diprediksikan pada saat tender. Nah untuk kenaikan harga yang jauh melampaui apa yang diprediksikan itu, membuat kontraktor mau tidak mau harus mengusulkan penyesuaian harga atau eskalasi.

Minggu, 06 Mei 2012

DAMPAK KENAIKAN BBM PADA JASA KONSTRUKSI

Keputusan pemerintah untuk menunda kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) telah membuat lega sebagian besar rakyat Indonesia, namun masih menyisakan suatu teka-teki dan kegalauan pada para pelaku sektor konstruksi.

Hal ini terjadi akibat tidak adanya kepastian harga material bangunan, belum lagi permainan para spekulan yang melakukan penimbunan barang. Kondisi ini membuat para pelaku industri di sektor jasa konstruksi seolah terjebak dalam posisi dilematis.

Ada kecenderungan yang tidak sehat dalam bisnis di Indonesia. Pasalnya, manakala BBM diumumkan akan naik, malah barang-barang sudah lebih dulu naik. Celakanya, ketika BBM resmi dinaikkan, barang-barang kembali naik. Lalu apa yang bisa diharapkan dari kondisi ini? Adakah aturan yang mampu mengendalikan kenaikan barang-barang akibat kenaikan BBM? Kalau tidak ada aturan yang menetapkan tingkat dan kapan kenaikan barang-barang akibat kenaikan BBM, maka iklim dunia usaha cenderung tidak kondusif.

Bisnis jasa konstruksi selalu mengalami gejolak tidak menguntungkan, bila dihadapkan pada problem kenaikan harga BBM. Pasalnya, kontrak yang sudah diperoleh harus diselesaikan dengan spesifikasi dan harga tetap. Dalam perjalanannya, ternyata kerap kali terjadi perubahan harga di atas harga yang diprediksikan pada saat tender. Kalaupun kontraktor harus mengantisipasi fluktuasi harga secara cermat dan meyakinkan, dapat dipastikan harga penawaran akan menjadi lebih mahal. Dan pada akhirnya, kesempatan untuk menang tender pun sirna. Inilah problem menarik yang dirasakan kontraktor, dan konon selalu membawa kerugian yang tidak sedikit bagi pelaku bisnis jasa konstruksi.

Sabtu, 05 Mei 2012

SOLUSI ANDAL BETON PRACETAK

Beton pracetak (precast) adalah suatu metode percetakan komponen beton secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop, dengan memberi waktu pengerasan dan mendapatkan kekuatan sebelum dipasang. Karena proses pengecorannya di tempat khusus, maka mutunya dapat terjaga dengan baik. 

Indonesia telah mengenal sistem pracetak yang berbentuk komponen, seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak tahun 1970-an. 
Sistem pracetak semakin berkembang dengan ditandai munculnya berbagai inovasi, seperti Sistem Column Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem All Load Bearing Wall (1997), Sistem Beam Column Slab (1998), Sistem Jasubakim (1999), Sistem Bresphaka (1999) dan Sistem T-Cap (2000).

Industri konstruksi semakin bergairah dengan adanya produk beton pracetak yang dapat dipasang cepat dan kualitasnya sangat baik. Tidak hanya dari sisi strukturnya, tetapi juga dari sisi arsitekturnya. Yang perlu dipertimbangkan dari sistem beton pracetak ini, antara lain ketahanan terhadap cuaca, kebocoran, presisi yang tinggi, detail komponen yang benar, juga detail sambungan dengan bangunan utamanya, bagaimana mengantisipasi deformasi bangunan yang timbul ketika ada gempa, dan lain-lain tanpa mengalami degradasi kinerja.

Selain memiliki kelebihan, sistem ini juga memiliki kekurangan, antara lain sistem pracetak memerlukan analisa yang lebih rumit dibandingkan dengan sistem cetak di tempat (cast in situ), harus memperhitungkan sistem sambungan, pertemuan tulangan, mempertimbangkan lokasi pembuatan, sistem pengangkutan (transportasi), serta sistem instalasi (ereksi).

Beton pracetak akan memperoleh nilai ekonomis, jika jumlah bentuk typical-nya mencapai angka minimum tertentu. Bentuk typical yang dimaksud adalah bentuk-bentuk yang repetitif dalam jumlah besar.

Video Anda

Asosiasi

Asosiasi
Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia