Perkembangan politik, ekonomi, sosial dan budaya, disertai kesepakatan dunia tentang pasar bebas (free market), menuntut dunia jasa konstruksi nasional untuk selalu survive dalam menghadapi persaingan pasar yang semakin kompetitif. Kesulitan utama sektor jasa konstruksi nasional dalam memenangkan persaingan bebas, adalah ekonomi biaya tinggi (high cost economy). Akibat berbagai macam budaya kecurangan, sektor jasa konstruksi nasional sulit untuk dapat bersaing di era pasar bebas. Penyimpangan dan kecurangan yang bernuansa korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), merupakan budaya lumrah yang selalu terjadi pada setiap proyek konstruksi. Hal inilah yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi pada dunia jasa konstruksi, dan sekaligus menjadi penyebab utama dari keterpurukan.
Pimpinan proyek (Pimpro) sebagai wakil pemilik proyek, sudah lazim memberikan proyek kepada kontraktor-kontraktor tertentu yang loyal dan menjanjikan imbalan tinggi. Tender proyek hanya dilakukan sebagai alat untuk menjustifikasi proses, sedangkan pemenangnya sudah ditentukan terlebih dahulu. Kontraktor yang telah "membeli" tender proyek dengan harga tinggi, akan menurunkan kualitas produk jasa yang diberikan, dengan mengerjakan tidak sesuai bestek, yaitu dengan mengurangi kualitas dan kuantitas. Bahkan, kadangkala menghilangkan item pekerjaan yang semestinya. Untuk dapat dengan aman melakukan hal tersebut, tentunya kontraktor harus dapat berkolusi dengan pihak-pihak terkait (perencana, pengawas, dan owner), dan usaha tersebut tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Kondisi tersebut pada gilirannya mengakibatkan produk yang dihasilkan oleh kontraktor yang bersangkutan sangat buruk, jauh dari yang dipersyaratkan bestek. Banyak bangunan sarana dan prasarana yang baru selesai dibangun, mengalami kerusakan sebelum masa pemakaian. Bahkan, dalam tahap pemeliharaan sudah memerlukan perbaikan-perbaikan yang serius, dan pada akhirnya mengakibatkan pembengkakan biaya proyek. Di mana, kondisi ini akan menguntungkan bagi kontraktor dan konsultan asing yang sudah terbiasa dengan budaya bersih, dinamis, dan profesional, dengan mudah merajalela melahap peluang bisnis konstruksi di negara kita.
0 komentar:
Posting Komentar