Sabtu, 29 Maret 2014

STRUKTUR BENTANG LEBAR


Bangunan bentang lebar merupakan bangunan yang memungkinkan penggunaan ruang bebas kolom yang selebar dan sepanjang mungkin. Bangunan bentang lebar biasanya digolongkan secara umum menjadi dua, yaitu bentang lebar sederhana dan bentang lebar kompleks.

Bentang lebar sederhana bearti bahwa konstruksi bentang lebar yang ada digunakan langsung pada bangunan berdasarkan teori dasar dan tidak dilakukan modifikasi pada bentuk yang ada. Sedangkan bentang lebar kompleks merupakan bentuk struktur bentang lebar yang dilakukan modifikasi dari bentuk dasar, bahkan kadang dilakukan penggabungan terhadap beberapa sistem struktur bentang lebar.

Struktur bentang lebar memiliki tingkat kerumitan yang berbeda satu dengan lainnya. Menurut ahli struktur Schodek, struktur bentang lebar dibagi ke dalam beberapa sistem struktur yaitu :
  1. Struktur Rangka Batang dan Rangka Ruang,
  2. Struktur Furnicular, yaitu kabel dan pelengkung,
  3. Struktur Plan dan Grid,
  4. Struktur Membran, meliputi Pneumatik dan struktur tent (tenda) dan net (jaring),
  5. Struktur Cangkang
Indonesia memiliki karya arsitektur bentang lebar yang menakjubkan, yaitu gudang untuk salah satu perusahaan Indonesia yang terletak di Kawasan Industri MM 2100 di Cibitung, Bekasi, Jawa Barat. Gudang ini memiliki luas kurang lebih 90.000 meter persegi, dan merupakan yang terbesar di Asia. Jarak antar tiang (kolom) paling dekat 18 meter dan paling jauh ada yang 36 meter. Bagian tengah gudang setinggi 17 meter dan bagian tepi 12 meter dengan kemiringan atap 3 derajat. Struktur gudang ini dengan sistem lantai panggung (suspended) dengan kekuatan lantai harus mampu memikul beban hingga 6 ton per meter perseginya. Pondasi dari tiang pancang berkedalaman rata-rata 15 meter dipancang sejarak masing-masing 4,5 meter antara satu tiang dengan lainnya.

Minggu, 23 Maret 2014

KATEGORI KERUSAKAN BANGUNAN GEDUNG



KERUSAKAN RINGAN NON-STRUKTUR


Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan non-struktur apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :

1.   Retak halus (lebar celah lebih kecil dari 0,075 cm) pada plesteran

2.   Serpihan plesteran berjatuhan

3.   Mencakup luas yang terbatas
Tindakan yang perlu dilakukan adalah perbaikan (repair) secara arsitektur tanpa mengosongkan bangunan.

KERUSAKAN RINGAN STRUKTUR


Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat ringan apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :

1.   Retak kecil (lebar celah antara 0,075 hingga 0,60 cm) pada dinding

2.   Plester lepas & berjatuhan

3.   Mencakup luas yang besar

4.   Kerusakan bagian-bagian non-struktur seperti pada cerobong, listplank, dsb.

5.   Kemampuan struktur untuk memikul beban tidak banyak berkurang

6.   Laik fungsi/huni
Tindakan yang perlu dilakukan adalah perbaikan (repair) yang bersifat arsitektur agar daya tahan bangunan tetap terpelihara. Perbaikan dengan kerusakan ringan pada struktur dapat dilakukan tanpa mengosongkan bangunan.

KERUSAKAN STRUKTUR TINGKAT SEDANG


Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat sedang apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :

1.   Retak besar (lebar celah lebih besar dari 0,60 cm) pada dinding

2.   Retak menyebar luas di banyak tempat, seperti pada dinding pemikul beban, kolom, cerobong miring dan runtuh.

3.   Kemampuan struktur untuk memikul beban sudah berkurang sebagian

4.   Laik fungsi/huni

Tindakan yang perlu dilakukan adalah :
1.   Restorasi bagian struktur dan perkuatan (strengthening) untuk menahan beban gempa

2.   Perbaikan (repair) secara arsitektur

3.   Bangunan dikosongkan dan dapat dihuni kembali setelah proses restorasi selesai

KERUSAKAN STRUKTUR TINGKAT BERAT


Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat berat apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :

1.   Dinding pemikul beban terbelah dan runtuh

2.   Bangunan terpisah akibat kegagalan unsur-unsur pengikat

3.   Kira-kira 50% elemen utama mengalami kerusakan

4.   Tidak laik fungsi/huni
Tindakan yang perlu dilakukan adalah merubuhkan bangunan, atau dilakukan restorasi dan perkuatan secara menyeluruh sebelum bangunan dihuni kembali. Dalam kondisi kerusakan seperti ini, bangunan menjadi sangat berbahaya sehingga harus dikosongkan.

KERUSAKAN TOTAL


Suatu bangunan dikategorikan sebagai rusak total/rubuh apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :

1.   Bangunan rubuh seluruhnya (>65%)

2.   Sebagian besar komponen utama struktur rusak

3.   Tidak laik fungsi/huni
Tindakan yang perlu dilakukan adalah merubuhkan bangunan, membersihkan lokasi, dan mendirikan bangunan baru.

 

Minggu, 16 Maret 2014

KAWAT BRONJONG


Pada dasarnya, bronjong merupakan sebuah anyaman kawat-kawat yang diisi dengan batu-batuan, yang berfungsi untuk melindungi dan memperkuat tebing tanah, baik lereng sungai maupun lereng tanggul, menjaga tepi sungai terhadap arus aliran air dan usaha menjauhkan arus aliran air dari tepi sungai yang merusak tebing-tebingnya, serta membuat bendungan untuk meninggikan taraf muka air pada pelaksanaan pekerjaan normalisasi sungai atau untuk mengatasi gerusan air sungai yang deras.

Bangunan bronjong bersifat sementara, bukan konstruksi permanen. Kekuatan bronjong tergantung dari bahan-bahan yang dipakai untuk bronjong, benda-benda yang hanyut melalui bronjong, agresif atau tidaknya aliran air di situ, adanya gangguan-gangguan dan baik tidaknya pembuatan, pemasangan dan pemeliharaan bronjong-bronjong itu.

Bahan yang dipakai untuk bronjong kawat di Indonesia biasanya dari kawat hasil pabrikasi yang mengacu pada SNI 03-0090-1999 tentang Spesifikasi Bronjong Kawat. Bronjong kawat biasanya berbentuk prismatis, berukuran : tebal 0,50 m, lebar 1,00 m dan panjang 3,00 m. Bronjong yang dibuat tebal dan panjang menyimpang dari ukuran di atas, misalnya dengan ukuran tebal 1,00 m, lebar 1,00 m dan panjang 3,00 m, harus tiap-tiap meter panjang dibuat dinding antara (tussen schotten) supaya kuat. Rusuk-rusuk bronjong harus diperkuat dengan kawat dan bilamana perlu kawatnya dirangkap.
Material batu yang dipakai untuk bronjong kawat harus terdiri dari batu yang bersih, keras dan awet, berbentuk bulat atau persegi. Ukuran batu yang diizinkan untuk digunakan adalah antara 15 - 25 cm (toleransi 5%) dan sekurang-kurangnya 85% dari batuan yang digunakan harus mempunyai ukuran yang sama atau lebih besar dari ukuran tersebut, serta tidak boleh ada batuan yang diizinkan lolos lubang anyaman kawat.

Sabtu, 08 Maret 2014

PONDASI CERUCUK

Daerah rawa-rawa mendominasi kawasan garis pantai di Indonesia, termasuk di dalamnya kawasan garis pantai Jakarta. Tanah rawa memiliki sifat yang sangat lunak sehingga diperlukan teknologi yang cocok dan handal jika ingin membuat konstruksi di atasnya. Umumnya permasalahan yang timbul pada konstruksi di atas tanah lunak adalah geseran. Mekanisme hilangnya keseimbangan dapat terjadi pada tanah dengan daya dukung rendah, diakibatkan dari beban berat tanah itu sendiri. Permasalahan lain biasanya berupa gaya ke atas (uplift) yang banyak terjadi pada lapisan lempung dan lanau akibat perbedaan tekanan air. Sering terjadinya penurunan (settlement). Hal ini pada umumnya disebabkan oleh beratnya beban yang harus dipikul oleh tanah lunak.

Pada konstruksi bangunan, beban seluruh konstruksi yang ada di atas tanah lunak harus disalurkan secara merata dengan menggunakan tiang pancang. Salah satu cara dengan menggunakan sistem pondasi cerucuk. Sistem ini intinya menyatukan beberapa tiang pancang dalam sebuah kesatuan yang kokoh guna menyangga konstruksi di atasnya.
Sering dengan perkembangan teknologi di bidang konstruksi, pondasi cerucuk pun disesuaikan dengan kebutuhan aktualnya. Berbagai inovasi berdasarkan sistem ini banyak bermunculan, dari memadukannya dengan bambu, kayu (dolken) maupun matras beton.

Minggu, 02 Maret 2014

PERKUATAN GEOTEXTILE


Geotextile adalah lembaran sintesis yang tipis, fleksibel, dan permiabel, yang digunakan untuk stabilisasi dan perbaikan tanah dikaitkan dengan pekerjaan teknik sipil. Pemanfaatan geotextile merupakan cara modern dalam usaha untuk perkuatan tanah lunak. Beberapa fungsi dari geotextile yaitu untuk perkuatan tanah lunak, untuk konstruksi teknik sipil yang mempunyai umur rencana cukup lama dan mendukung beban yang besar, seperti jalan raya, jalan rel, dan dinding penahan tanah. Juga berguna sebagai pemisah, penyaring, drainase dan sebagai lapisan pelindung. Namun geotextile dapat digunakan pula sebagai perkuatan timbunan pada kasus antara lain : timbunan tanah di atas tanah lunak, timbunan di atas pondasi tiang, dan timbunan di atas tanah yang rawan ambles (subsidence).
Pelaksanaan konstruksi jalan di atas tanah lunak dengan perkuatan geotextile dapat menghindarkan terjadinya keruntuhan lokal pada tanah lunak karena rendahnya daya dukung tanah. Keuntungan pemasangan geotextile pada pelaksanaan jalan di atas tanah lunak adalah kecepatan dalam pelaksanaan dan biaya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan metoda penimbunan konvensional.
Pemilihan geotextile untuk perkuatan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu : faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari kuat tarik geotextile, sifat perpanjangan (creep), struktur geotextile, dan daya tahan terhadap faktor lingkungan. Faktor eksternal terdiri dari jenis bahan timbunan yang berinteraksi dengan geotextile. Struktur geotextile, yaitu jenis anyam atau niranyam juga mempengaruhi pada pemilihan geotextile untuk perkuatan.
Kondisi lingkungan juga memberikan reduksi terhadap kuat tarik geotextile, karena reaksi kimia antar geotextile dan lingkungan di sekitarnya. Sinar ultraviolet, air laut, kondisi asam atau basa serta mikro-organisme seperti bakteri dapat mengurangi kekuatan geotextile. Waktu pembebanan juga mempengaruhi, karena akan terjadi degradasi oleh faktor fatigue dan aging.

Video Anda

Asosiasi

Asosiasi
Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia