Rabu, 27 Februari 2013

PERSYARATAN KEANDALAN BANGUNAN

Bangunan yang layak untuk dihuni harus dapat memenuhi persyaratan keandalan bangunan gedung, yang meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan. 
Persyaratan ini didasarkan pada fungsi tiap bangunan.

1. Keselamatan

  • Persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan. Tolak ukurnya adalah struktur yang stabil dan kukuh dalam mendukung beban muatan tersebut sampai dengan kondisi pembebanan maksimum. Hal ini bertujuan agar bila terjadi keruntuhan, pengguna bangunan gedung masih dapat menyelamatkan diri.
  • Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam memcegah dan menanggulangi bahaya kebakaran, melalui sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif. 
  • Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah bahaya petir, melalui sistem penangkal petir.

2. Kesehatan

  • Persyaratan sistem penghawaan, mengakomodasi kebutuhan sirkulasi dan pertukaran udara yang harus disediakan pada bangunan gedung melalui bukaan, baik ventilasi alami, dan/atau ventilasi buatan.
  • Persyaratan sistem pencahayaan, memenuhi kebutuhan pencahayaan yang harus disediakan pada bangunan gedung, baik melalui pencahayaan alami maupun buatan, termasuk pencahayaan darurat.
  • Persyaratan sistem sanitasi, harus disediakan di dalam dan di luar bangunan gedung. Sistem ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor, air limbah, dan sampah, serta penyaluran air hujan. Sistem sanitasi ini sebaiknya mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya, tidak membahayakan, serta tidak menggangu lingkungan.
  • Persyaratan penggunaan bahan bangunan gedung, harus aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

3. Kenyamanan

  • Kenyamanan ruang gerak, diperoleh dari dimensi ruang yang cukup serta tata letak ruang yang baik dan sesuai fungsi, sehingga memberikan kenyamanan bergerak dalam ruangan.
  • Kenyamanan hubungan antar ruang, berhubungan dengan tata letak ruang dan sirkulasi antar ruang di dalam bangunan gedung. Desain ruangan yang fungsional merupakan kunci untuk mendapatkan sirkulasi yang baik, sehingga tercipta pola aktivitas penghuni yang nyaman.
  • Kenyamanan kondisi udara dalam ruang, merupakan tingkat kenyamanan yang diperoleh dari temperatur dan kelembapan di dalam ruang.
  • Kenyamanan pandangan, merupakan suatu kondisi terpenuhinya hak pribadi setiap orang dalam melaksanakan kegiatannya di dalam bangunan gedung tanpa terganggu kegiatan bangunan gedung lain di sekitarnya.
  • Kenyamanan tingkat getaran dan tingkat kebisingan, merupakan tingkat kenyamanan yang ditentukan oleh suatu keadaan tidak terganggunya penggunan dan fungsi bangunan gedung oleh getaran atau kebisingan yang timbul, baik dari dalam bangunan gedung maupun dari lingkungannya.

4. Kemudahan

Persyaratan kemudahan merupakan kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, serta kelengkapan sarana dan prasarana dalam pemamfaatan bangunan gedung. Kemudahan tersebut meliputi tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat dan lanjut usia.

Minggu, 24 Februari 2013

PENGELOLAAN KONFLIK DI PROYEK

Menjadi Manajer Proyek yang sukses tak lepas dari bagaimana sang Manajer Proyek menyelesaikan setiap konflik yang hadir di proyeknya. Konflik bisa terjadi kapan saja dan tiba-tiba dalam bentuk yang bisa saja tak terpikirkan sebelumnya. Hanya mereka yang siap menghadapi untuk menuntaskannya.

Setiap Manajer Proyek yang benar akan memberitahu timnya bahwa konflik adalah bagian dari pekerjaan. Apakah konflik yang terjadi itu dari sebuah masalah kecil di dalam tim atau sumber eksternal yang mengganggu kemajuan kerja proyek. Bagaimana berurusan dengan konflik akan menentukan apakah proyek akan berhasil atau berakhir sebagai sebuah kegagalan.

Bagaimana menyelesaikan konflik yang terjadi di tempat kerja? 

  1. Pertama yang penting diingat adalah harus tetap tenang. Sebagai Manajer Proyek, anda akan menemukan diri di tengah kobaran api. Perlu dipastikan agar tetap tenang dan bisa bekerja menyelesaikan konflik. Dalam lingkungan dengan banyak orang yang berada dalam tekanan kerja (stress), akan mendukung suasana orang-orang mudah marah. Kemarahan hanya akan membuat situasi menjadi buruk. 
  2. Jika merasa masalah yang datang begitu besar dan tiba-tiba, sehingga seperti tak mungkin diselesaikan, maka lebih baik mengambil langkah mundur untuk bernafas teratur dan menenangkan mental. Paling penting adalah mempertahankan tetap rasional dan menunjukkan sifat kepemimpinan dengan tidak terlalu emosional. Pikirkan sebelum memutuskan berbuat suatu reaksi.
  3. Segera mungkin tangani konflik yang muncul, jangan menunda. Jangan biarkan konflik bercokol, dengan asumsi itu akan reda dengan sendirinya. Dalam kebanyakan kasus di proyek, konflik yang timbul karena sesuatu yang tidak diucapkan. Miskomunikasi antara stakeholder proyek dapat menjadi bom nuklir. Jika ada dugaan terjadi sesuatu yang salah, segera bicara dengan tim proyek. Jika ada masalah hadapi dengan transparan.
  4. Jangan larut dalam suasana saling salah menyalahkan orang. Sikap defense orang akan timbul jika disalahkan, itu adalah reaksi alamiah. Terimalah jika seseorang harus salah atau mungkin anda sendiri yang salah. Orang-orang wajar saja membuat kesalahan dalam hidupnya. Dengan menerima kesalahan tidak membuat anda menjadi orang yang buruk, atau Manajer Proyek yang buruk.
  5. Jika penyebab masalah sudah teridentifikasi, lebih baik menerimanya. Jika anda adalah penyebab masalah itu, tindakan selanjutnya adalah meminta maaf dan memperbaikinya. Jika masalah terletak pada pihak lain, terimalah kesalahan mereka dan lanjutkan pekerjaan. Menerima bahwa kesalahan terjadi, dan menerima tanggung jawab bawahan atas kesalahan yang terjadi adalah hak Manajer Proyek.
  6. Pemecahan konfilk memerlukan kompromi, tapi jangan membatasi diri dengan pilihan yang disajikan. Berfikir kreatif tentang solusi terbaik. Solusi pertama yang datang belum tentu yang terbaik. Buat daftar semua solusi yang mungkin, serta kondisi pro dan kontra yang menyertainya. Selanjutnya analisa dengan menggunakan format SWOT, yaitu daftar kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
Apapun solusi yang datang dan apapun jalan solusi yang ditempuh, perlu diingat bahwa masih ada satu tujuan utama, yaitu keberhasilan proyek, jangan sampai kehilangan momentum. Segera identifikasi sumber konflik dan menanganinya secara langsung.

Rabu, 13 Februari 2013

ETIKA INSINYUR

Sebagaimana hukum dan kedokteran, teknik (enjiniring) juga merupakan sebuah profesi. Yang pasti dari semua profesi itu adalah bahwa semuanya didapatkan dengan pendidikan tinggi. Para insinyur dibayar oleh para kliennya karena keahlian mereka. Oleh karena itu, para insinyur mempunyai kewajiban etika pada para klien mereka.


Hampir semua perkumpulan profesional sudah menyiapkan kode (aturan) etik untuk para anggotanya. Tujuan dari aturan-aturan itu adalah menyiapkan arahan tentang etika tingkah laku bagi para insinyur. Sebuah proses penyederhanaan dari aturan-aturan tersebut menghasilkan petunjuk-petunjuk berikut :

  1. Melindungi keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan umum.
  2. Menampilkan tugas-tugas sesuai dengan wewenangnya.
  3. Menjunjung tinggi kebenaran dan objektivitas.
  4. Bersikap mulia dan terhormat.
  5. Selalu belajar untuk mempertajam kemampuan tekniknya.
  6. Selalu bekerja keras dan jujur pada kliennya.
  7. Menginformasikan kepada yang berwenang tentang kerugian, bahaya, dan aktivitas-aktivitas ilegal.
  8. Ikut terlibat dalam masalah-masalah kemasyarakatan dan kewarganegaraan.
  9. Melindungi lingkungan.
  10. Dilarang menerima sogok atau hadiah yang dapat memengaruhi campur tangan pihak lain dalam putusan teknis.
  11. Menjaga informasi rahasia klien.
  12. Menghindari konflik kepentingan.

Sabtu, 09 Februari 2013

TIPE KARAKTER MANAJER PROYEK KONSTRUKSI

Manajer proyek, adalah tak lebih dari seorang manusia yang memiliki peran untuk menjalankan dan mengatur, serta mengelola proyek yang dimandatkan oleh pemilik proyek, agar bisa menghasilkan sesuatu sesuai dengan rencana proyek yang sudah disetujui. Namun, manusia adalah makhluk sosial yang memiliki karakter yang berbeda-beda yang terbentuk dari lingkungan, di mana ia tumbuh dan berkembang, serta diwariskan oleh pendahulunya secara lahiriah. Karakter yang terbentuk pada manajer proyek, sudah tentu akan berpengaruh terhadap perilakunya di dalam mengelola proyek konstruksi yang dimandatkan.

Mengenal karakter bertujuan untuk mengerti, menghargai dan berkomunikasi dengan preferensi yang berbeda. Ada beberapa cara untuk mengelompokkan karakter manusia, yang salah satunya adalah dengan menggunakan metode yang paling sering dipakai, yaitu Myer-Briggs Type Indicator (MBTI)
Di mana, 16 kelompok karakter yang diatur oleh 4 kelompok karakter besar, yaitu ;
  1. Extroversion - Introversion (ditandai dengan simbol E dan I)
  2. Sensing - iNtuition (ditandai dengan simbol S dan N)
  3. Thinking - Feeling (ditandai dengan simbol T dan F)
  4. Judging - Perceiving (ditandai dengan simbol J dan P)
Hasil riset oleh Widemann dan Shenhar menunjukkan, bahwa 100% individu dengan karakter INTJ, ENTJ, ISTJ, ESTJ cocok untuk menjalankan peran mereka sebagai manajer proyek. Sedangkan 50% dari individu dengan karakter INTP, ENTP, ENFP dan ENFJ, dapat menjalankan tugasnya sebagai manajer proyek. Yang terakhir, individu dengan karakter INFP, ISFP, ESFP dan ISTP, serta 50% dari mereka yang memiliki karakter ENFP dan ESTP, bahkan tidak cocok sebagai anggota tim proyek.

Penelitian-penelitian di atas dapat dijadikan basis untuk mengkaji lebih jauh, bagaimana karakter di dunia konstruksi bangunan di Indonesia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Latief, Ichsan dan Hadi, menyimpulkan, bahwa manajer proyek dengan karakter ESTJ diprediksi untuk dapat mengelola proyek dengan kinerja waktu yang cukup baik. Namun sebaliknya, karakter INFP diprediksikan sebaliknya.

Hal tersebut tentunya memberikan penekanan kepada kita terhadap pentingnya pemilihan manajer proyek konstruksi dengan karakter yang tepat, agar dapat memberikan hasil kinerja proyek yang lebih baik.

Rabu, 06 Februari 2013

FREFAB MENJAWAB KEBUTUHAN GREEN BUILDING

Kenaikan popularitas bahan pracetak untuk bangunan, tumbuh pada tingkat yang fenomenal. Semakin banyak perusahaan mulai memberikan desain untuk dipesan lebih dahulu agar menjadi bahan prefabrikasi. Dengan metode produksi bahan prefab akan lebih hemat dibandingkan metode konvensional. Dampak ramah lingkungan bahan prefab lebih bisa dibanggakan.

Meskipun teknik yang digunakan relatif sudah lama, prefab sebenarnya jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan pembangunan gedung dengan cara konvesional. Beberapa negara yang berfikir jauh ke depan seperti China telah mengambil manfaat besar dari penggunaan prefab untuk pembangunan negaranya.

Prefab lebih ramah lingkungan karena jauh lebih mudah untuk mengontrol jumlah bahan yang dibutuhkan. Jika tahu dengan tepat kuantitas bahan yang dibutuhkan dan dapat menyimpannya dengan aman di kondisi yang tepat akan menjaga keutuhan bahan, sehingga dapat digunakan dengan optimal dan mereduksi bahan terbuang.

Aspek ramah lingkungan prefab sebenarnya lebih ditekankan pada metode konstruksinya, bukan bahannya. Meskipun dampak ramah lingkungan lebih kepada saat proses instalasi pembangunan, namun proses saat produksi bahan prefab juga telah mereduksi energi yang dikeluarkan dibandingkan jika menggunakan bukan bahan prefab. Energi yang dihemat bisa digunakan pada masa depan. Dan daya tarik lainnya dari prefab adalah sedikit meninggalkan jejak karbon, baik saat memproduksi dan juga ketika membangun di lokasi proyek.

Minggu, 03 Februari 2013

TATA RUANG MITIGASI BENCANA

Peristiwa bencana rutin terjadi berulang setiap tahun. Meskipun bencana semakin bisa diprediksi, namun penanganan penanggulangan bencana di Indonesia cenderung kurang efektif. Paradigma penanganan bencana yang parsial, sektoral dan kurang terpadu, serta masih memusatkan tanggapan pada upaya pemerintah yang dilakukan hanya pada kondisi darurat, diperkirakan menjadi penyebab tidak efektifnya penanggulangan bencana. Selain itu juga diakibatkan belum tersedianya informasi tentang peta kerawanan bencana serta sistem mitigasi bencana yang jelas dan terukur.

Rencana Tata Ruang Kawasan Rawan Bencana dapat digunakan sebagai usaha secara sistematis untuk mengidentifikasi potensi bencana. Selaras dengan UU No.24 Tahun 2007 pasal 42 tentang penanggulangan bencana, pelaksanaan dan penegakan dalam rencana tata ruang dilakukan untuk mengurangi resiko bencana, yang mencakup pemberlakuan peraturan tentang penataan ruang, standar keselamatan, dan penerapan sanksi terhadap pelanggaran. Ada korelasi yang sangat kuat antara proses penanggulangan bencana dengan penataan ruang

Sepanjang tahun 2012, banjir dan longsor nyaris melanda seluruh wilayah Nusantara. Berdasarkan peta rawan banjir dan longsor, daerah yang dilanda bencana yang terjadi memang berada di zona rawan bencana. Namun pencegahan dan penanggulangan yang dilakukan dirasakan kurang berdampak. Ini membuktikan bahwa tata ruang berbasis bencana masih kurang serius dijalankan.

Dalam prakteknya, peta resiko bencana, bahkan peta rawan bencana belum dijadikan pedoman dalam penyusunan tata ruang. Tata ruang yang disusun tidak berjalan seperti yang diharapkan, karena ada kekuatan eksternal seperti politik lokal dan desakan ekonomi, sehingga daerah rawan bencana tetap dijadikan pemukiman tanpa ada upaya mitigasi. Akibatnya ketika terjadi bencana, timbul korban dan kerugian ekonomi.

Selain lemahnya dukungan politik lokal, secara teknis banyak konsep pembangunan yang tidak memahami dan tidak mau menerapkan prinsip-prinsip kelayakan lingkungan hidup dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) hanya sebagai syarat administrasi, padahal seharusnya menjadi syarat teknis. Perijinan jadi instrumen untuk mencari pendapatan, sehingga tak heran sektor perijinan termasuk ladang korupsi.

Sesuai UU Penataan Ruang No.26 Tahun 2007, tujuan penataan ruang ini adalah untuk mewujudkan lingkungan yang aman dari bencana, nyaman untuk masyarakat, bisa lebih produktif untuk menciptakan ekonomi yang lebih baik dan berkelanjutam. Untuk itu penataan ruang seharusnya menjadi instrumen penting sebagai mitigasi terjadinya bencana alam.

Video Anda

Asosiasi

Asosiasi
Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia